.

Jumat, 10 Maret 2017

Bedanya Hutang piutang dan kerja sama,mana yg syari mana yg Riba

Sekedar berbagi..

Buat yang masih bingung membedakan antara hutang piutang (qardh) & kerjasama (mudhorobah;musyarokah), silahkan disimak ilustrasi berikut:

Gimana kabarnya mbak?
Sehat dek, alhamdulillah.

Ini saya selain silaturahmi juga ada perlu mbak.
Apa apa dek...apa yang bisa tak bantu.

Anu..kalau ada uang 20juta saya mau pinjam.
Dua puluh juta? Banyak sekali. Untuk apa dek?

Tambahan modal mbak. Dapat order agak besar, modal saya masih kurang. Bisa bantu mbak?
Mmm..mau dikembalikan kapan ya?

InsyaAllah dua bulan lagi saya kembalikan.
Gitu ya. Ini mbak ada sih 20juta. Rencana untuk beli sesuatu. Tapi kalau dua bulan sudah kembali ya gak apa-apa, pakai dulu aja.

Wah, terimakasih mbak.
Ini nanti mbak dapat bagian dek?

Bagian apa ya mbak?
Ya kan uangnya untuk usaha, jadi kan ada untungnya tuh. Naa..kalau mbak enggak kasih
pinjem kan ya gak bisa jalan usahamu itu, iya kan?
*tersenyum penuh arti*

Oh, bisa-bisa. Boleh saja kalau mbak pengennya begitu. Nanti saya kasih bagi hasil mbak.
Besarannya bisa kita bicarakan.
Lha, gitu kan enak. Kamu terbantu, mbak juga dapat manfaat.

Tapi akadnya ganti ya mbak. Bukan hutang piutang melainkan kerjasama.
Iyaa..gak masalah. Sama aja lah itu. Cuman beda istilah doang.

Bukan cuma istilah mbak, tapi pelaksanaannya juga beda.
Maksudnya??

Jadi gini mbak: kalau akadnya hutang, maka jika usaha saya lancar atau tidak lancar ya saya
tetap wajib mengembalikan uang 20juta itu. Tapi jika akadnya kerjasama, maka kalau usaha
saya lancar, mbak akan dapat bagian laba. Namun sebaliknya, jika usaha tidak lancar atau
merugi maka mbak juga turut menanggung resiko. Bisa berupa kerugian materi→uangnya
tidak bisa saya kembalikan, atau rugi waktu→ kembali tapi lama.

Waduh, kalau gitu ya mending uangnya saya deposito kan tho dek: gak ada resiko apa2, uang
utuh, dapat bunga pula.

Itulah riba mbak. Salah satu ciri2nya tidak ada resiko dan PASTI untung.

Tapi kalau uangku dipinjam si A untuk usaha ya biasanya aku dapet bagi hasil kok dek. 2% tiap
bulan. Jadi kalau dia pinjam 10juta selama dua bulan, maka dua bulan kemudian uangku
kembali 10juta+400ribu.

Itu juga riba mbak. Persentase bagi hasil ngitungnya dari laba, bukan berdasar modal yang disertakan.Kalau berdasar modal kan mbak gak tau apakah dia beneran untung atau tidak.

Dan disini selaku investor berarti mbak tidak menanggung resiko apapun donk. Mau dia untung atau rugi mbak tetep dapet 2%. Lalu apa bedanya sama deposito?

Dia ikhlas lho dek, mbak gak matok harus sekian persen gitu kok.

Meski ikhlas atau saling ridho kalau tidak sesuai syariat ya dosa mbak.

Waduh...syariat kok ribet bener ya.

Ya karena kita sudah terlanjur terbiasa dengan yang keliru mbak. Memang butuh perjuangan untuk mengikuti aturan yang benar. Banyak kalau tidak berkah bikin penyakit lho mbak.hehe.

Hmmm...ya sudah, ini 20juta nya hutang aja. Mbak gak siap dengan resiko kerjasama. Nanti dikembalikan dalam dua bulan yaa.

Iya mbak. Terimakasih banyak mbak. Meski tidak mendapat hasil berupa materi tapi insyaAllah
mbak tetap ada hasil berupa pahala.
Amiiin..

▶▶▶▶▶▶

investasi dunia akhirat

Notes : perhatikan dlm bisnis akad kerjasama kah?? Atau akad peminjaman uang.. ini 2 hukum islam yg berbeda dn efeknya pun di dunia dan akhirat juga berbeda.

“… Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS.Al-baqarah:275)

Sebenarnya apa sih tujuan islam melarang riba? Seharusnya khan asal saling sepakat, saling rela, tidak kena dosa?

Hukum islam itu dibuat untuk mengatur agar manusia mendapatkan kemaslahatan sebesar-besarnya tanpa manusia merugikan siapapun sekecil-kecilnya.

Mari kita bahas contoh LABA dan RIBA agar anda mudah untuk memahami dengan bahasa yang umum:

1. Saya membeli sebuah sepeda motor Rp. 10 Juta dan saya hendak menjual dengan mengambil untung dengan bunga 1% perbulan untuk jangka waktu pembayaran 1 tahun.
Transaksi seperti ini tergolong transaksi RIBAWI.

2. Saya membeli sepeda motor Rp. 10 juta, dan saya hendak menjual secara kredit selama setahun dengan harga Rp. 11.200.000,-. Transaksi ini termasuk transaksi SYARIAH.

Apa bedanya? Khan kalau dihitung2 ketemunya sama Untungnya Rp. 1.200.000?

Mari kita bahas kenapa transaksi pertama riba dan transaksi kedua syar'i.

*TRANSAKSI PERTAMA RIBA,* karena:

1. Tidak ada kepastian harga, karena menggunakan sistem bunga. Misal dalam contoh diatas, bunga 1% perbulan. Jadi ketika dicicilnya disiplin memang ketemunya untungnya adalah Rp. 1.200.000,-. Tapi coba kalau ternyata terjadi keterlambatan pembayaran, misal ternyata anda baru bisa melunasi setelah 15 bulan, maka anda terkena bunganya menjadi 15% alias labanya bertambah menjadi Rp. 1.500.000,-.

Jadi semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk melunasi utang, semakin besar yang harus kita bayarkan.

Bahkan tidak jarang berbagai lembaga leasing ada yang menambahi embel2 DENDA dan BIAYA ADMINISTRASI, maka semakin riba yang kita bayarkan. Belum lagi ada juga yang menerapkan bunga yang tidak terbayar terakumulasi dan bunga ini akhirnya juga berbunga lagi.

2. Sistem riba seperti diatas jelas2 sistem yang menjamin penjual pasti untung dengan merugikan hak dari si pembeli. Padahal namanya bisnis, harus siap untung dan siap rugi.

*TRANSAKSI KEDUA SYARIAH,* karena:

1. Sudah terjadi akad yang jelas, harga yang jelas dan pasti. Misal pada contoh sudah disepakati harga Rp. 11.200.000,- untuk diangsur selama 12 bulan.

2. Misal ternyata si pembeli baru mampu melunasi utangnya pada bulan ke-15, maka harga yang dibayarkan juga masih tetap Rp. 11.200.000,- tidak boleh ditambah. Apalagi diistilahkan biaya administrasi dan denda, ini menjadi tidak diperbolehkan.

Kalau begitu, si penjual jadi rugi waktu dong? Iya, bisnis itu memang harus siap untung siap rugi. Tidak boleh kita pasti untung dan orang lain yang merasakan kerugian.

Nah, ternyata sistem islam itu untuk melindungi semuanya, harus sama hak dan kewajiban antara si pembeli dan si penjual. Sama-sama bisa untung, sama-sama bisa rugi. Jadi kedudukan mereka setara. Bayangkan dengan sistem ribawi, kita sebagai pembeli ada pada posisi yang sangat lemah.

Nah, sudah lebih paham hikmahnya Alloh melarang RIBA?

Kalau menurut anda informasi ini akan bermanfaat untuk anda dan orang lain, silakan share status ini, untuk menebar kebaikan.

Dakwah anda hanya dengan meng-KLIK SHARE/BAGIKAN, maka anda akan mendapatkan pahala dari orang yang membaca dan  dari yg share melalui anda.
Juga jika dishare lagi anda akan mendapatkan pahala dari orang yang membaca dari share kawan anda.
Mungkin lebih tepatnya MULTI LEVEL PAHALA, Hehehe

Semoga Bermanfaat
#SyariahKnowledge
#IndonesiaTanpaRiba

Repost by:
Sahabat Hijrah, Silaturahim Sukses Bersama Tahajjud, Komunitas Pengusaha Online,ewinz.tk,grup wa anidaul amin

Kamis, 09 Maret 2017

hikmah dan cerita2 (Adab seorang murid dengan guru)

Oleh : Habib Jindan bin Novel Jindan

Syeikh (itu) ada yang benar ada juga yang palsu, begitu juga para murid, ada murid yang benar benar murid ada juga murid yang palsu, maka tanyakan kepada diri kita,..benarkah kita seorang Thalabul Ilmi (penuntut ilmu),..pantas menyandang sebutan sebagai seorang murid?

Lihat teladan AlHabib Muhammad AlHaddar, beliau guru dari AlHabib Umar bin Hafidh juga guru dari AlHabib Zain bin Sumaith, ketika masih menuntut ilmu di Rubath Tarim ia selalu menghabiskan setiap malamnya bergadang menuntut ilmu, hingga jika kantuk datang maka beliau membasahkan dirinya dengan air hingga hilang kantuknya, bahkan sekali waktu beliau naik ke atap rumahnya untuk menghilangkan kantuknya dan berkata kepada dirinya “Kalau aku jatuh maka aku mati”. Beliau pun tidak mau ada hal yang menganggunya dalam menuntut ilmu, diceritakan jika datang surat dari keluarganya maka beliau tidak membukanya dan disimpan terus seperti itu hingga selesai masa belajar baru dibuka, disitu di surat diterangkan si fulan wafat, si fulan lahir, si fulan menikah dlsbnya, beliau berbuat seperti ini saking takdhimnya dalam menuntut ilmu.

Simak juga bagaimana AlHabib Abdullah bin Abdurrahman bin Syaikh Abubakar bin Salim ketika sampai di Tarim, hari pertama sampai di tempat menuntut ilmu langsung sibuk belajar, zaman dahulu jika seseorang pergi belajar maka membawa kasurnya sendiri, beliau tidak pernah sempat membuka kasurnya, beliau selalu tertidur dalam posisi terduduk lalu bangun subuh dan lanjut lagi esok malamnya dengan keadaan yang sama hal ini pun dilakukan terus menerus hingga 4 tahun, hingga beliau tidak tahu siapa teman di sebelah kamarnya.

AlHabib Abdullah Umar Asy-Syatiri dimana beliau adalah guru dari semua ulama terkenal dizamannya, berkata “Tidak pantas menyebut diri sebagai penuntut ilmu kalau tidak solat tahajud”, bahkan belum bisa dikatakan belajar Fiqih jika belum hafal Zubad dan Nahwu jika belum hafal Alfiah. Perbedaan kita dengan mereka bukan seperti langit dengan bumi, tetapi seperti langit dengan sumur.

Ketahuilah bahwa sebelum seorang menuntut ilmu maka harus di seleksi dulu, jika dilihat oleh guru si murid belum bersih hatinya maka akan dibersihkan dulu hatinya atau pada akhlaknya atau pada kualitas ibadahnya hingga jika sudah bersih dan layak yang akan masuk adalah hanya cahaya ilmu.

Diceritakan datang seorang ke Imam Abdurrahman Al Masyhur ingin menuntut ilmu, sebelum belajar sang Imam menyuruh dulu si calon murid untuk membeli ikan asin basah di pasar, yang disuruh bukan orang sembarangan, seorang anak ulama besar, tidak pernah sekalipun pergi ke pasar, maka si anak tadi meminta wadah untuk dibawa, berkata sang imam masukkan ikan asin tersebut ke lengan bajumu dan bawa kemari…,sampai dipasar ramai orang kedatangan anak seorang ulama besar belanja dipasar, berkata si anak “Saya disuruh guru saya untuk membeli ikan asin basah dan dimasukkan ke lengan baju”, setelah sampai dihadapan sang imam maka berkata “Tadi aku mengujimu karena aku melihat ada kesombongan dalam hatimu dan sekarang kesombongan itu sudah hilang”.

Lihat Sayyidina Abdullah bin Abbas berkata “Saat mencari ilmu agama saya terhinakan orang, susah, capek namun ketika saya sudah di cari orang saya di hormati orang” walaupun tidak bertujuan mencari pujian orang.

Satu saat Sayyidina Zaid bin Tsabit datang ke pemakaman ibunya Sayyidina Abdullah bin Abbas, maka berdiri ia menyambut Zaid bin Tsabit, sahabat Rasulullah yang sedang naik keledai dan menuntunnya, sementara dizaman itu perbuatan seperti ini adalah perbuatan seorang budak, maka berkata Zaid bin Tsabit “Wahai sepupu Nabi lepaskan”, berkata Abdullah bin Abbas “Beginilah kita diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kita”, maka turunlah zaid dari keledainya dan mencium tangan Abdullah bin Abbas sambil berkata “Beginilah kita memperlakukan Ahlulbait Nabi SAW”.

Seseorang kalau gak mau susah gak bakal sampai ke tempat yang tinggi, berkata AlHabib Abubakar Al Adni “Siapa yang takut dengan tantangan tidak akan sampai ke tempat yang tinggi, hakikat yang mahal ada di tempat yang tinggi, buah jika berduri akan menjadi mahal, siapa yang tidak mau menyelam ke dasar lautan tidak akan mendapat mutiara, tidak akan mendapat hadiah anugerah tersebut dan lemah terhadap hal tersebut”

Zaman dulu ada seorang bernama Abdul Jalil, ia bersungguh sungguh mencari syaikh, datang ke satu kampung dan ditunjuki oleh orang orang kampung untuk pergi bertemu seorang syaikh yang sudah terkenal di kampung tersebut, namun tanpa diketahui ternyata syaikh tersebut seorang penipu!…syaikh palsu ini punya teman teman n waktu sendiri untuk mabuk mabukan, maka datang Abdul Jalil mengetuk pintu ditanya “siapa engkau?” “Aku Abdul Jalil” kebetulan si syaikh palsu ini lagi nunggu temen maboknya namanya sama Abdul Jalil juga, maka ketika di buka pintu kaget si syaikh palsu kedoknya terbongkar, Abdul Jalil melihat syaikh palsu sedang mabuk dikelilingi botol botol minuman, melihat itu ia bersungkur sujud “Syaikh tolong bimbing aku ke jalan Allah” ternyata yang datang seorang polos, maka disurulah Abdul Jalil diperbudak menjaga kebun, terus ia bekerja dan beribadah dengan kesungguhan tanpa tahu bahwa sang syaikh adalah syaikh palsu penipu, ketika itu di lain tempat sedang berlangsung pertemuan para wali sedang mencari kandidat, bertanya para wali “Siapa yang akan dijadikan pengganti wali yang wafat?” maka berkata seorang wali “Ada seorang yang pantas tetapi sungguh kasihan karena ia berguru kepada orang yang salah..berguru kepada seorang syaikh palsu”, maka diangkatlah Abdul Jalil berkat kesungguhannya menjadi seorang wali….ia datang dengan kesungguhan maka ada guru lain yang akan peduli, maka hati hatilah jangan tertipu dengan hal semacam ini yang akan membuat iman kita bangkrut!.

Diceritakan seorang datang ke Imam Ahmad bin Hambal ingin menjadi murid mempelajari ilmu Hadist, maka malamnya disiapkan ember oleh Imam barangkali si calon murid ingin shalat tahajjud, esok subuh Imam Ahmad menghampirinya dan mendapatkan calon murid baru bangun sementara air di ember masih penuh, “Kenapa embermu masih penuh? engkau tidak shalat Tahajjud?” calon murid berkata tidak, maka berkata Imam Ahmad “Jika belum tahajjud belum pantes belajar hadist”. Harus diperbaiki dulu mental orang tersebut, tuntut ilmu untuk diamalkan bukan sekadar diriwayatkan.

Jangan dekat dengan orang besar tetapi gak ambil manfaat!.

Satu saat pergi Sayyidina Isa bin Maryam bersama seorang membawa bekal roti gandum yang jumlahnya sesuai dengan lamanya perjalanan, ketika ingin dimakan maka didapati berkurang roti gandum 1 buah.

Sayyidina Isa bertanya siapa yang mengambil roti, orang itu berkata aku tidak tahu. Lanjut perjalanan diajak oleh Sayyidina Isa berjalan menyeberangi air, berjalan di air dan berkata “Ini mukjizat kamu percaya? Iya”, maka ditanya “Siapa yang mengambil roti gandumnya”, orang tersebut bilang “Aku tidak tahu”.

Maka berjalan lagi mereka melintasi kuburan, Sayyidina Isa menghidupkan orang mati dan berkata “Ini mukjizat kamu percaya? Iya”, maka ditanya “Siapa yang mengambil roti gandumnya” orang tersebut bilang “Aku tidak tahu”.

Berjalan lagi hingga menjumpai gundukan tanah, Sayyidina Isa pun merubah tanah tersebut menjadi emas dan berkata “Kita bagi 3 bagian, 1 untukku 1 untukmu dan 1 lagi untuk yang mengambil roti gandum” mendengar itu orang tersebut baru mengaku…maka Sayyidina Isa berkata “Ambil semua termasuk bagian saya, tetapi jangan temani saya lagi” dia rela ketinggalan Sayyidina Isa dan memilih dunia!.

Dia gak mikir bagaimana memindahkan tumpukan emas sedemikian banyak. Lalu datanglah 2 perampok, karena takut maka sepakat untuk membagi emas tersebut dengan maling, lihat keadaan orang yang cinta dunia dan tidak bisa menjaga adab, dalam sesaat Allah rubah barisannya bergabung menjadi bagian dari para penyamun.

Maka pergi salah seorang dari mereka membeli makanan dan mempunyai niat jahat dan keserakahan, maka diracun makanan tadi, sementara 2 orang yang menunggu juga berpikiran sama “Daripada dibagi 3, lebih baik kita bagi berdua, kita bunuh saja!”. Saat kembali dari pasar maka dibunuhlah orang tadi dan sebelum membagi emas mereka makan makanan yang sudah di beri racun..mati semuanya tak tersisa!…beberapa lama lewatlah Sayyidina Isa dengan murid muridnya melihat gundukan emas beserta 3 tiga mayat dan berkata “Itulah dunia akhirnya akan seperti itu!”…itulah yang tidak bisa menjaga adab terhadap guru!.

Diceritakan bahwa Imam Hasan AsSyadzili kedatangan seorang yang ingin belajar ilmu kimia merubah benda menjadi emas, ilmu ini sudah lama punah, Imam mengiyakan dengan syarat setiap batal wudhu harus melakukan shalat sunnah, setahun kemudian ketika sedang menimba air terasa berat dan didapati air tersebut berubah menjadi emas!.Karena sudah istiqomah untuk berwudhu shalat sunnah maka dituang lagi, di tarik lagi…didapati emas lagi…dibuang lagi terus hingga kembali menjadi air “Ini yang saya mau!”.

Murid tadi menemui Imam AsSyadzili meminta dikembalikan seperti semula, maka berkata sang Imam “Cukuplah…dirimu pun sudah mejadi emas hingga hatimu pun menjadi emas!” Berkat keberkahan dekat kepada orang mulia,…bagi murid emas dan tanah adalah sama!

Lihat…Cinta Habib Munzir kepada gurunya yaitu AlHabib Umar bin Hafidh begitu besar hingga kalau di suruh lompat terjun pun beliau akan lompat, bagi Habib Munzir kalau Habib Umar menyuruh melakukan A ya harus A bukan a kecil tapi A besar, saya buka sedikit…,dulu ketika Habib Munzir sering memajang fotonya dan Habib Umar di jalan jalan, Habib Umar berkata kepada saya untuk menyampaikan jika pada kedatangan kita berikutnya jangan tempel foto di jalan umum, sekedar pengumuman tanpa foto, biarkan itu milik para orang politik, berlaku hingga sekarang…..ini penyerahan seratus persen terhadap gurunya, seperti mayat dihadapan gurunya.

Dulu di awal perjalanan dakwah, Habib Munzir sering keluar kota berhari hari hingga banyak problem berupa sakit, tumpukan hutang dll, maka datang surat dari Habib Umar melarang keluar kota dan perintah rinci lainnya tidak boleh begini, harus begini dlsbnya, tdk boleh pinjem sama siapapun banyak perintah berat dengan adanya surat tersebut, saya tahu isi surat tersebut karena bacanya bareng di kamar saya…Habib Munzir syok dengan keadaan tersebut, sampai berkata “Kalau ane tahu hati Habib Umar akan seperti ini, ane gak mau jadi ulama mending jadi tukang sate!”.

Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata “Andaikata aku tidak pernah dilahirkan ke dunia, andaikata ibuku mandul, andaikata aku dilahirkan sebagai seekor kambing maka akan lebih ringan…hanya makan minum gemuk disembelih maka selesai, tidak harus memikul tanggung jawab besar dihadapan Allah.

Saya bilang “Ya munzir…mau bagaimanapun berat dan ringannya, Habib Umar guru kita,…kita gak faham saat ini tetapi ke depan bakal faham”..ternyata betul!…urusan jadi beres, hutang selesai, dakwah hingga jadi seperti sekarang dlsbnya, klo bukan karena surat Habib Umar gak bakal seperti ini dan semua itu pun butuh pengorbanan, mau makan pun susah karena sudah gak boleh pinjam, terkadang ke majelis naik taksi, kadang saya yang jemput, berkat taat dan kepatuhan lambangnya bukan banyaknya massa dlsbnya tetapi dengan ridhonya Habib Umar terhadap beliau simaklah bait bait syairnya, beliau Habib munzir lakukan dengan penuh pengorbanan,..intinya jangan pernah melepaskan diri dari syaikh dalam keadaan apapun.

Belasan tahun lalu, pernah satu saat, Habib Umar bercerita kepada saya ada seorang murid Habib Umar, seorang teman kami berdakwah di Jazirah Arab, sukses memiliki banyak jamaah, selesai majelis ditunggu banyak mobil jamaah yang minta dinaikinya…macam macam fasilitas….tetapi ia lupa dan berkata bahwa semua ini adalah hasil dari jerih payahnya, dari keringatnya, bukan hasil dari gurunya,…menisbatkan kesuksesan kepada dirinya lupa kepada gurunya yaitu Habib Umar, maka ketika ia melepas diri dari Habib Umar maka hilanglah sudah semua hal yang dianggap miliknya..tidak ada lagi macam macam fasilitas yang menunggunya…mobil mobil muridnya hanya berlalu begitu saja tidak memperdulikan hanya sekedar “Oh ada ustad”…maka celaka orang yang dekat dengan syaikh tapi tidak beradab!….semoga kita menjadi murid yang menbanggakan guru dan juga menjadi kebanggaan guru kita…Aamiin.

Allahuma soli ala sayidina muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim

silahkan tag dan share

hikmah dan cerita2 (Adab seorang murid dengan guru)

Oleh : Habib Jindan bin Novel Jindan

Syeikh (itu) ada yang benar ada juga yang palsu, begitu juga para murid, ada murid yang benar benar murid ada juga murid yang palsu, maka tanyakan kepada diri kita,..benarkah kita seorang Thalabul Ilmi (penuntut ilmu),..pantas menyandang sebutan sebagai seorang murid?

Lihat teladan AlHabib Muhammad AlHaddar, beliau guru dari AlHabib Umar bin Hafidh juga guru dari AlHabib Zain bin Sumaith, ketika masih menuntut ilmu di Rubath Tarim ia selalu menghabiskan setiap malamnya bergadang menuntut ilmu, hingga jika kantuk datang maka beliau membasahkan dirinya dengan air hingga hilang kantuknya, bahkan sekali waktu beliau naik ke atap rumahnya untuk menghilangkan kantuknya dan berkata kepada dirinya “Kalau aku jatuh maka aku mati”. Beliau pun tidak mau ada hal yang menganggunya dalam menuntut ilmu, diceritakan jika datang surat dari keluarganya maka beliau tidak membukanya dan disimpan terus seperti itu hingga selesai masa belajar baru dibuka, disitu di surat diterangkan si fulan wafat, si fulan lahir, si fulan menikah dlsbnya, beliau berbuat seperti ini saking takdhimnya dalam menuntut ilmu.

Simak juga bagaimana AlHabib Abdullah bin Abdurrahman bin Syaikh Abubakar bin Salim ketika sampai di Tarim, hari pertama sampai di tempat menuntut ilmu langsung sibuk belajar, zaman dahulu jika seseorang pergi belajar maka membawa kasurnya sendiri, beliau tidak pernah sempat membuka kasurnya, beliau selalu tertidur dalam posisi terduduk lalu bangun subuh dan lanjut lagi esok malamnya dengan keadaan yang sama hal ini pun dilakukan terus menerus hingga 4 tahun, hingga beliau tidak tahu siapa teman di sebelah kamarnya.

AlHabib Abdullah Umar Asy-Syatiri dimana beliau adalah guru dari semua ulama terkenal dizamannya, berkata “Tidak pantas menyebut diri sebagai penuntut ilmu kalau tidak solat tahajud”, bahkan belum bisa dikatakan belajar Fiqih jika belum hafal Zubad dan Nahwu jika belum hafal Alfiah. Perbedaan kita dengan mereka bukan seperti langit dengan bumi, tetapi seperti langit dengan sumur.

Ketahuilah bahwa sebelum seorang menuntut ilmu maka harus di seleksi dulu, jika dilihat oleh guru si murid belum bersih hatinya maka akan dibersihkan dulu hatinya atau pada akhlaknya atau pada kualitas ibadahnya hingga jika sudah bersih dan layak yang akan masuk adalah hanya cahaya ilmu.

Diceritakan datang seorang ke Imam Abdurrahman Al Masyhur ingin menuntut ilmu, sebelum belajar sang Imam menyuruh dulu si calon murid untuk membeli ikan asin basah di pasar, yang disuruh bukan orang sembarangan, seorang anak ulama besar, tidak pernah sekalipun pergi ke pasar, maka si anak tadi meminta wadah untuk dibawa, berkata sang imam masukkan ikan asin tersebut ke lengan bajumu dan bawa kemari…,sampai dipasar ramai orang kedatangan anak seorang ulama besar belanja dipasar, berkata si anak “Saya disuruh guru saya untuk membeli ikan asin basah dan dimasukkan ke lengan baju”, setelah sampai dihadapan sang imam maka berkata “Tadi aku mengujimu karena aku melihat ada kesombongan dalam hatimu dan sekarang kesombongan itu sudah hilang”.

Lihat Sayyidina Abdullah bin Abbas berkata “Saat mencari ilmu agama saya terhinakan orang, susah, capek namun ketika saya sudah di cari orang saya di hormati orang” walaupun tidak bertujuan mencari pujian orang.

Satu saat Sayyidina Zaid bin Tsabit datang ke pemakaman ibunya Sayyidina Abdullah bin Abbas, maka berdiri ia menyambut Zaid bin Tsabit, sahabat Rasulullah yang sedang naik keledai dan menuntunnya, sementara dizaman itu perbuatan seperti ini adalah perbuatan seorang budak, maka berkata Zaid bin Tsabit “Wahai sepupu Nabi lepaskan”, berkata Abdullah bin Abbas “Beginilah kita diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kita”, maka turunlah zaid dari keledainya dan mencium tangan Abdullah bin Abbas sambil berkata “Beginilah kita memperlakukan Ahlulbait Nabi SAW”.

Seseorang kalau gak mau susah gak bakal sampai ke tempat yang tinggi, berkata AlHabib Abubakar Al Adni “Siapa yang takut dengan tantangan tidak akan sampai ke tempat yang tinggi, hakikat yang mahal ada di tempat yang tinggi, buah jika berduri akan menjadi mahal, siapa yang tidak mau menyelam ke dasar lautan tidak akan mendapat mutiara, tidak akan mendapat hadiah anugerah tersebut dan lemah terhadap hal tersebut”

Zaman dulu ada seorang bernama Abdul Jalil, ia bersungguh sungguh mencari syaikh, datang ke satu kampung dan ditunjuki oleh orang orang kampung untuk pergi bertemu seorang syaikh yang sudah terkenal di kampung tersebut, namun tanpa diketahui ternyata syaikh tersebut seorang penipu!…syaikh palsu ini punya teman teman n waktu sendiri untuk mabuk mabukan, maka datang Abdul Jalil mengetuk pintu ditanya “siapa engkau?” “Aku Abdul Jalil” kebetulan si syaikh palsu ini lagi nunggu temen maboknya namanya sama Abdul Jalil juga, maka ketika di buka pintu kaget si syaikh palsu kedoknya terbongkar, Abdul Jalil melihat syaikh palsu sedang mabuk dikelilingi botol botol minuman, melihat itu ia bersungkur sujud “Syaikh tolong bimbing aku ke jalan Allah” ternyata yang datang seorang polos, maka disurulah Abdul Jalil diperbudak menjaga kebun, terus ia bekerja dan beribadah dengan kesungguhan tanpa tahu bahwa sang syaikh adalah syaikh palsu penipu, ketika itu di lain tempat sedang berlangsung pertemuan para wali sedang mencari kandidat, bertanya para wali “Siapa yang akan dijadikan pengganti wali yang wafat?” maka berkata seorang wali “Ada seorang yang pantas tetapi sungguh kasihan karena ia berguru kepada orang yang salah..berguru kepada seorang syaikh palsu”, maka diangkatlah Abdul Jalil berkat kesungguhannya menjadi seorang wali….ia datang dengan kesungguhan maka ada guru lain yang akan peduli, maka hati hatilah jangan tertipu dengan hal semacam ini yang akan membuat iman kita bangkrut!.

Diceritakan seorang datang ke Imam Ahmad bin Hambal ingin menjadi murid mempelajari ilmu Hadist, maka malamnya disiapkan ember oleh Imam barangkali si calon murid ingin shalat tahajjud, esok subuh Imam Ahmad menghampirinya dan mendapatkan calon murid baru bangun sementara air di ember masih penuh, “Kenapa embermu masih penuh? engkau tidak shalat Tahajjud?” calon murid berkata tidak, maka berkata Imam Ahmad “Jika belum tahajjud belum pantes belajar hadist”. Harus diperbaiki dulu mental orang tersebut, tuntut ilmu untuk diamalkan bukan sekadar diriwayatkan.

Jangan dekat dengan orang besar tetapi gak ambil manfaat!.

Satu saat pergi Sayyidina Isa bin Maryam bersama seorang membawa bekal roti gandum yang jumlahnya sesuai dengan lamanya perjalanan, ketika ingin dimakan maka didapati berkurang roti gandum 1 buah.

Sayyidina Isa bertanya siapa yang mengambil roti, orang itu berkata aku tidak tahu. Lanjut perjalanan diajak oleh Sayyidina Isa berjalan menyeberangi air, berjalan di air dan berkata “Ini mukjizat kamu percaya? Iya”, maka ditanya “Siapa yang mengambil roti gandumnya”, orang tersebut bilang “Aku tidak tahu”.

Maka berjalan lagi mereka melintasi kuburan, Sayyidina Isa menghidupkan orang mati dan berkata “Ini mukjizat kamu percaya? Iya”, maka ditanya “Siapa yang mengambil roti gandumnya” orang tersebut bilang “Aku tidak tahu”.

Berjalan lagi hingga menjumpai gundukan tanah, Sayyidina Isa pun merubah tanah tersebut menjadi emas dan berkata “Kita bagi 3 bagian, 1 untukku 1 untukmu dan 1 lagi untuk yang mengambil roti gandum” mendengar itu orang tersebut baru mengaku…maka Sayyidina Isa berkata “Ambil semua termasuk bagian saya, tetapi jangan temani saya lagi” dia rela ketinggalan Sayyidina Isa dan memilih dunia!.

Dia gak mikir bagaimana memindahkan tumpukan emas sedemikian banyak. Lalu datanglah 2 perampok, karena takut maka sepakat untuk membagi emas tersebut dengan maling, lihat keadaan orang yang cinta dunia dan tidak bisa menjaga adab, dalam sesaat Allah rubah barisannya bergabung menjadi bagian dari para penyamun.

Maka pergi salah seorang dari mereka membeli makanan dan mempunyai niat jahat dan keserakahan, maka diracun makanan tadi, sementara 2 orang yang menunggu juga berpikiran sama “Daripada dibagi 3, lebih baik kita bagi berdua, kita bunuh saja!”. Saat kembali dari pasar maka dibunuhlah orang tadi dan sebelum membagi emas mereka makan makanan yang sudah di beri racun..mati semuanya tak tersisa!…beberapa lama lewatlah Sayyidina Isa dengan murid muridnya melihat gundukan emas beserta 3 tiga mayat dan berkata “Itulah dunia akhirnya akan seperti itu!”…itulah yang tidak bisa menjaga adab terhadap guru!.

Diceritakan bahwa Imam Hasan AsSyadzili kedatangan seorang yang ingin belajar ilmu kimia merubah benda menjadi emas, ilmu ini sudah lama punah, Imam mengiyakan dengan syarat setiap batal wudhu harus melakukan shalat sunnah, setahun kemudian ketika sedang menimba air terasa berat dan didapati air tersebut berubah menjadi emas!.Karena sudah istiqomah untuk berwudhu shalat sunnah maka dituang lagi, di tarik lagi…didapati emas lagi…dibuang lagi terus hingga kembali menjadi air “Ini yang saya mau!”.

Murid tadi menemui Imam AsSyadzili meminta dikembalikan seperti semula, maka berkata sang Imam “Cukuplah…dirimu pun sudah mejadi emas hingga hatimu pun menjadi emas!” Berkat keberkahan dekat kepada orang mulia,…bagi murid emas dan tanah adalah sama!

Lihat…Cinta Habib Munzir kepada gurunya yaitu AlHabib Umar bin Hafidh begitu besar hingga kalau di suruh lompat terjun pun beliau akan lompat, bagi Habib Munzir kalau Habib Umar menyuruh melakukan A ya harus A bukan a kecil tapi A besar, saya buka sedikit…,dulu ketika Habib Munzir sering memajang fotonya dan Habib Umar di jalan jalan, Habib Umar berkata kepada saya untuk menyampaikan jika pada kedatangan kita berikutnya jangan tempel foto di jalan umum, sekedar pengumuman tanpa foto, biarkan itu milik para orang politik, berlaku hingga sekarang…..ini penyerahan seratus persen terhadap gurunya, seperti mayat dihadapan gurunya.

Dulu di awal perjalanan dakwah, Habib Munzir sering keluar kota berhari hari hingga banyak problem berupa sakit, tumpukan hutang dll, maka datang surat dari Habib Umar melarang keluar kota dan perintah rinci lainnya tidak boleh begini, harus begini dlsbnya, tdk boleh pinjem sama siapapun banyak perintah berat dengan adanya surat tersebut, saya tahu isi surat tersebut karena bacanya bareng di kamar saya…Habib Munzir syok dengan keadaan tersebut, sampai berkata “Kalau ane tahu hati Habib Umar akan seperti ini, ane gak mau jadi ulama mending jadi tukang sate!”.

Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata “Andaikata aku tidak pernah dilahirkan ke dunia, andaikata ibuku mandul, andaikata aku dilahirkan sebagai seekor kambing maka akan lebih ringan…hanya makan minum gemuk disembelih maka selesai, tidak harus memikul tanggung jawab besar dihadapan Allah.

Saya bilang “Ya munzir…mau bagaimanapun berat dan ringannya, Habib Umar guru kita,…kita gak faham saat ini tetapi ke depan bakal faham”..ternyata betul!…urusan jadi beres, hutang selesai, dakwah hingga jadi seperti sekarang dlsbnya, klo bukan karena surat Habib Umar gak bakal seperti ini dan semua itu pun butuh pengorbanan, mau makan pun susah karena sudah gak boleh pinjam, terkadang ke majelis naik taksi, kadang saya yang jemput, berkat taat dan kepatuhan lambangnya bukan banyaknya massa dlsbnya tetapi dengan ridhonya Habib Umar terhadap beliau simaklah bait bait syairnya, beliau Habib munzir lakukan dengan penuh pengorbanan,..intinya jangan pernah melepaskan diri dari syaikh dalam keadaan apapun.

Belasan tahun lalu, pernah satu saat, Habib Umar bercerita kepada saya ada seorang murid Habib Umar, seorang teman kami berdakwah di Jazirah Arab, sukses memiliki banyak jamaah, selesai majelis ditunggu banyak mobil jamaah yang minta dinaikinya…macam macam fasilitas….tetapi ia lupa dan berkata bahwa semua ini adalah hasil dari jerih payahnya, dari keringatnya, bukan hasil dari gurunya,…menisbatkan kesuksesan kepada dirinya lupa kepada gurunya yaitu Habib Umar, maka ketika ia melepas diri dari Habib Umar maka hilanglah sudah semua hal yang dianggap miliknya..tidak ada lagi macam macam fasilitas yang menunggunya…mobil mobil muridnya hanya berlalu begitu saja tidak memperdulikan hanya sekedar “Oh ada ustad”…maka celaka orang yang dekat dengan syaikh tapi tidak beradab!….semoga kita menjadi murid yang menbanggakan guru dan juga menjadi kebanggaan guru kita…Aamiin.

Allahuma soli ala sayidina muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim

silahkan tag dan share

Keutamaan ratib

..

Keutamaan Ratib

Syaikhona Abah guru sekumpul berkata di dalam hidup ini hrs punya rem seperti juga kendaraan kalo tdk punya rem mk akan tabrak sana sini. Begitu juga dlm hidup kalo tdk punya rem akan sll melakukan dosa krn tdk ada nya rem itu.
Dan Rem dlm hidup itu adalah membaca Ratib baik widul latif,Ratib al haddad,Ratib al atthos maupun Ratib lain nya.  Membaca Ratib adalah amalan wali wali Allah,ulama ulama dan juriat Rasulallah.Dengan istiqomah membaca Ratib pagi dan malam mk Ratib ini akan mengontrol diri agar terhindar dr melakukan hal hal yg tdk baik sekiranya melakukan hal tdk baik mk akan cepat kembali ke jalan Allah lg.

Makna Ratib

Perkataan Ratib mempunyai banyak arti. Ratib yang dimaksudkan di sini berasal dari perkataan (rattaba) bererti mengaturkan atau menyusun. Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Sembahyang sunnah Rawatib adalah antara sembahyang-sembahyang sunnah yang diamalkan pada waktu-waktu yang tertentu oleh Nabi s.a.w. Ratib al-Attas,Ratib al Haddad mengandung zikir, ayat-ayat al-Quran dan doa-doa yang telah  tersusun oleh al-Habib Umar bin Abdul Rahman al-Attas. dan Al habib Abdullah bin alawi Al haddad yang juga dibaca pada waktu-waktu yang tertentu.

Istilah Ratib digunakan kebanyakkannya di negeri Hadhramaut dalam menyebut zikir-zikir yang biasanya pendek dengan bilangan kiraan zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali), senang diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang tertentu yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam. Terdapat Ratib al-Haddad, Ratib al-Aydrus, Ratib al-Muhdhor dan lain-lain.
Ratib berisi kumpulan zikir,sholawat yg semua bersumber dari Rasulallah dan di susun oleh waliyulallah keturunan Rasulallah.

Keutamaan Ratib

Berkata sebagian ulama ahli salaf, antara keutamaan ratib ini bagi mereka yang tetap mengamalkannya, adalah dipanjangkan umur, mendapat Husnul-Khatimah, menjaga segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan senantiasa berada dalam perlindungan Allah.

Bagi mereka yang mempunyai hajat yang tertentu, membaca ratib pada suatu tempat yang kosong dengan berwuduk, mengadap kiblat dan berniat apa kehendaknya, Insya-Allah dimustajabkan Allah. Para salaf berkata ia amat mujarrab dalam menyampaikan segala permintaan jika dibacanya sebanyak 41 kali.

Antara kelebihan ratib ini adalah, ia menjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah jirannya dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata: “Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang bekuda. Ratib ini mengandungi rahsia-rahsia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampunkan Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.”

Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, Insya-Allah diselamatkan Allah dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat al-Quran dan amalan Nabi Muhammad s.a.w.

Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein al-Attas berkata: “Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular niscaya tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut niscaya akan selamat dari segala yang ditakuti. Pernah ada seorang yang diserang oleh 15 orang pencuri dan dia selamat berkat mengamal kan Ratib .

Sumber Page: Pecinta Waliyullah

Rabu, 08 Maret 2017

OLAHRAGA NABI DAN SAHABAT

Sudah menjadi tabiat manusia untuk menyukai hiburan. Rutinitas dan beban kehidupan menjadi faktor yang mendorong jiwa untuk mengupayakan relaksasi. Karenanya, siapa pun orang yang meneliti satu kelompok masyarakat, kapan pun dan di mana pun, akan menjumpai sarana hiburan dan olahraga sebagai bagian dari kehidupan mereka.
Terlihat ada kondisi kontras antara usia seseorang dengan kecenderungan terhadap olahraga. Karena itu, olahraga pada generasi muda menempati posisi dan penerimaan tersendiri yang berbeda pada kaum tua. Lantas, bagaimana bentuk olahraga pada generasi muda sahabat?

Mari kita simak penuturan salah seorang dari mereka, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadu lari antara kuda-kuda yang belum dikuruskan, jaraknya antara jalanan di lereng bukit hingga masjid Bani Zuraiq. Abdullah bin Umar sendiri biasa beradu lari menggunakan kuda yang belum dikuruskan tersebut.”
Generasi muda sahabat yang selalu rindu untuk ikut berjihad menyadari betul bahwa persiapan dan latihan adalah sebuah keniscayaan. Karenanya, mereka mematuhi wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَ لاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّ مْيُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّ ةَ الَّ مْيُ
“Ketahuilah, bahwa kekuatan itu ada pada melempar (anak panah). Ketahuilah, bahwa kekuatan itu ada pada melempar (anak panah).”
Kecenderungan mereka pada olahraga nabi juga terlihat pada kisah Salamah ketika ia meriwayatkan perang Dzi Qird, “Ketika kami berjalan, ada seorang Anshar yang tidak bisa didahului kecepatannya dalam berjalan. Ia berkata, ‘Tidakkah ada orang yang beradu cepat sampai di Madinah denganku? Adakah orang yang bisa mendahuluiku?’ Ia terus mengulangi ucapannya. Mendengar itu, aku berkata, ‘Tidak adakah orang mulia dan terhormat yang kamu segani?’ Ia menjawab, ‘Tidak ada, kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, ayah-ibuku menjadi tebusannya, biarkan aku beradu cepat dengan orang ini.’ Beliau bersabda, ‘Jika kamu mau.’ Aku berkata, ‘Majulah.’ Aku tekuk kakiku lalu melompat dan berlari. Aku hemat napasku, hingga (ia mendahuluiku) satu atau dua bukit, agar nantinya aku tidak kehabisan napas. Kemudian, aku berlari di belakangnya dengan tetap menghemat napas, hingga (ia mendahuluiku) satu atau dua bukit. Lalu, aku percepat lariku, hingga berhasil menyusulnya tepat di belakang tubuhnya. Akhirnya, aku berhasil mendahuluinya tiba di Madinah.”
Begitulah, olahraga dan program-program hiburan di kalangan generasi muda sahabat berkaitan erat dengan tujuan-tujuan luhur sekaligus menjadi aset dan bekal yang mendorong semangat dan kesungguhan. Bagi mereka, hiburan adalah sesuatu yang bisa menghantarkan kepada tujuan mulia. Mereka mengambil prinsip ini dari sabda Rasulullah,
لاَ سَبَقَ إِ لاَّ فِي نَصْلٍ أَوْ حَا فِرٍأَوْ حُفِّ
“Tidak boleh (mengambil harta dari) perlombaan, kecuali dalam (perlombaan) anak panah, binatang berkuku, dan binatang bertapak kaki.”
Manakala olahraga bagi mereka adalah sarana menuju tujuan mulia, maka mungkinkah olah ragatersebut menghalangi mereka dari menunaikan kewajiban atau menjalankan ketaatan?
Ketika kita kembali mengarahkan pandangan pada masa sekarang dan sedikit membuka lembar kehidupan generasi mudanya, maka kita akan menemukan perbedaan mencolok antara olahraga di kalangan mereka dan di kalangan pendahulu mereka, generasi muda sahabat. Betapa kuatnya sepak bola mengikat hati pada penggilanya. Sepak bola merampas waktu-waktu berharga mereka, dengan menontonnya, menyaksikan tayangan pertandingan, membaca koran sebelum dan sesudah pertandingan, berdebat dan mendiskusikannya, bergantinya emosi antara mendukung dan mencaci, serta menumpahkan semangat untuk sesuatu yang tidak bersemangat. Apalagi, shalat-shalat yang terabaikan serta munculnya perselisihan dan pertengkaran.
Kita juga menjadi mengerti rahasia mengapa para musuh begitu gencar mempromosikan kesibukan ini di kalangan generasi muda. Tujuannya adalah memalingkan mereka dari permasalahan-permasalahan besar. Sudah saatnya generasi muda umat mengkaji ulang biografi pendahulu mereka (salafush shalih).
MARI KITA GALAKKAN OLAHRAGA NABI. AKIDAH KUAT, TUBUH PUN SEHAT.

Sumber: Biografi Generasi Muda Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, Zam-Zam, Cetakan 1, 2009.

SEJARAH RASULLAH SHALLALLAHU ‘ALAHI WA SALLAM (BAGIAN 3)

DITINGGAL IBU TERCINTA

Setelah beberapa lama tingal bersama ibunya, pada usia 6 tahun, sang ibu mengajaknya berziarah ke makam suaminya di Yatsrib. Maka berangkatlah mereka keluar dari kota Mekkah,menempuh berjalan sepanjang 500 km, di temani ole Ummu Aiman dan di biayai oleh Abdul Mutthalib. Di tempat tujuan, mereka menetap sebulan.

Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Namun di tengah perjalanan, ibunya menderita sakit dan akhirnya meninggal di perkampungan Abwa’ yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah.
DI BAWAH ASUHAN SANG KAKEK

Sang kakek; Abdul Muththalib, sangat iba terhadap cucunya yang sudah menjadi yatim piatu diusianya yang masih dini. Maka dibawalah sang cucu ke rumahnya, diasuh dan dikasihi melebihi anak-anaknya sendiri.
Pada saat itu Abdul Muththalib memiliki tempat duduk khusus di bawah Ka’bah, tidak ada seorangpun yang berani duduk di atasnya, sekalipun anak-anaknya, mereka hanya berani duduk di sisinya. Namun Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam -yang saat itu masih anak-anak- justru bermain-main dan duduk di atasnya. Karuan saja paman-pamannya mengambil dan menariknya. Namun ketika sang kakek melihat hal tersebut, beliau malah melarang mereka seraya berkata, “Biarkan dia, demi Alah, anak ini punya kedudukan sendiri.”
Akhirnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam kembai duduk di majlisnya, diusapnya punggung cucunya tersebut dengan suka cita melihat apa yang mereka perbuat.
Tapi lagi-llagi kasih sayang sang kakek tal berlangsung lama di rasakan Muhammad kecil. Saat Rasullullah saw. berusia 8 tahun, kakeknya meninggal dunia di Mekkah. Namun sebelum wafat beliau berpesan agar cucunya tersebut dirawat oleh paman dari pihak bapakna; Abu Thalib.
DI PANGKUAN PAMANNYA

Kini Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam asuhan pamannya yan juag sangat mencintainya. Abu Thalib merawatnya bersama anak-anaknya yang lain, bahkan lebih disayangi dan dimuliakan. Begitu seterusnya Abu Thalibb selalu di sisi Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, merawatnya, melindungi dan membelanya, bahkan hingga beliau di angkat menjadi Rasul. Hal tersebut berlangsung tidak kurang selama 40 tahun.
BERSAMA PENDETA BUHAIRA

Pada saat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya di perkampungan Bushra yang waktu itu masuk wilayah negeri Syam, mereka disambut oleh seorang pendeta bernama Buhaira. Semua rombongan turun memenuhi jamuan Bahira kecuali Rasulullah sawa..
Pada pertemuan tersebut, Abu Thalib menceritakan perihal Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallamdan sifat-sifatnya kepada pendeta Buhaira. Setelah mendengar ceritanya, sang pendeta langsun memberitahukan bahwa anak tersebut akan menjadi pemimpin manusia sebagaimana yang dia ketahui ciri-cirinya dari kitab-kitab dalam agamanya. Maka dia meminta Abu Thalib untuk tidak membawa anak tersebut ke negeri Syam, karena khawatir di sana orang-orang Yahudi akan mencelakainya.
Akhirnya Abu Thalib memerintahkan anak buahnya untuk membawa pulang kembali Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ke Mekkah.
PERANG FIJAR

Pada usia 15 tahun, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam iktu serta dalam perang Fijar yang terjadi antara suku Quraisy yang bersekutu dengan Bani Kinanah melawan suku Qais Ailan. Dan peperangan dimenangkan oleh suku Quraisy.
Pada peperangan tersebut, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam membantu paman-pamannya menyiapkan alat panah.
HILFUL FUDHUL

Setelah perang Fijar usai, diadakanlah perdamaian yang di kenal dengan istilah Hilful Fudhul, disepakati pada bulan Dzulqaidah yang termasuk bulan Haram, di rumah Abdullah bin Jud’an At-Taimi.
Semua kabilah dari suku Quraisy ikut dalam perjanjian tersebut. Di antara isinya adalah kesepakatan dan upaya untuk selalu membela siapa saja yang dizalimi dari penduduk Mekkah. Dan mereka akan menghukum orang yang berbuat zalim sampai dia mengembalikan hak-haknya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ikut serta menyaksikan perjanjian tersebut, bahkan setelah Beliau menjadi Rasul, Beliau masih mengingatnya dan memujinya, seraya berkata,
“Saya telah menyaksikan perjanjian damai di rumah Abdullah bin Jud’an yang lebih saya cinta dari unta merah[1]. Seandainya saya diundang lagi setelah masa Islam, niscaya saya akan memenuhinya.”
Bersambung…
Sumber: Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kitab asli Arahiqul makhtum Syekh Syafiyyur rahman Mubarakfury, di terjemahkan Abu Haidir, Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay, Riyadz, KSA

SEJARAH RASULLAH SHALLALLAHU ‘ALAHI WA SALLAM (BAGIAN 2)

KELAHIRAN DAN MASA PERTUMBUHAN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada hari senin pagi 9 Rabi’ul Awwal, tahun Gajah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April 571 M. (Banyak pendapat ulama tentang kapan waktu Nabi Muhammad dilahirkan. pen.)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan dari suku Quraisy, yaitu suku yang paling terhormat dan terpandang di tengah masyarakat Arab pada waktu itu. Dari suku Quraisy tersebut, Beliau dari bani Hasyim, anak suku yang jug apaling terhormat di tengah suku Quraisy.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir dalam keadaan yatim. Karena bapaknya; Abdullah telah meninggal ketika ibunya; Aminah mengandungnya di usia dua bulan.
Setelah melahirkannya, sang ibu segera membawa bayi tersebut ke kakeknya  Abdul Mutthalib. Betapa gembiranya sang kakek mendengar berita kelahiran cucunya. Lalu dibawanya bayi tersebut ke dalam Ka’bah, dia berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Anak tersebut kemudian diberi nama Muhammad; nama yang belum dikenal masyarakat Arab waktu itu. Lalu pada hari ketujuh setelah kelahirannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikhitan.
KEHIDUPAN DI BANI SA’AD

Selain ibunya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disusukan juga oleh Tsuwaibah; budak Abu Lahab. kemudian, -sebagaimana adat kebiasaan masyarakat perkotaan waktu itu- Ibunya mencari wanita pedesaan untuk menyusui putranya. maka terpilihlah seorang wanita yang bernama Halimah binti Abi Dzu’aib dari suku Sa’ad bin Bakar, yang kemudian lebih di kenal dengan panggilan Halimah as-Sa’diyah.
Sesungguhya atas kehendak Allah jualah, hingga Halimah as-Sa’diyah menyusui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kecilnya. Sebab ketika pertama kali ditawarkan untuk menyusuinya, dia terasa enggan menerimanya, karena rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam anak yatim yang tidak dapat diharapkan imbalan materi yang layak darinya. tetapi, ketika tidak didapatkan lagi bayi lain untuk disusui, maka diapun menerima bayi Muhammad untuk disusui di perkampungan Bani Sa’ad.
Ternyata dia tidak salah pilih, karena yang dia susui telah Allah persiapkan menjadi manusia paling agung di muka bumi ini yang akan membawa jalan terangbagi umatnya yang beriman. maka wajar, setelah itu kehidupan Halimah as-Sa’diyah penuh dengan keberkahan.
Demikianlah, 5 tahun pertama kehidupan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia lalui di daerah perkampungan dengan kehidupan yang masih asri dan udara segar di lembah Bani Sa’ad. hal tersebut tentu saja banyak berpengaruh bagi pertumbbuhan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik secara fisik maupun kejiwaan.
PERISTIWA PEMBELAHAN DADA (SYAQQUS SHADR)

Pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 5 tahun, dan saat beliau masih dalam perawatan Halimah as-Sa’diyah di perkampungan Bani Sa’ad terjadilah peristiwa besar yang sekaligus menunjukkan tanda-tanda kenabiannya kelak. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah Pembelahan Dada (Syaqqus Shadr).
Suatu hari, ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba datang malaikat Jibril menghampiri dan menyergapnya. Lalu dia dibaringkan, kemudian dadanya di belah, lalu hatinya di ambil selanjutnya dikeluarkan segumpal darah darinya, seraya berkata: “Inilah bagian setan yang ada padamu.” Kemudian hati tersebut dicuci di bejana emas dengan air Zam-Zam, setelah itu dikembalikan ke tempat semula.
Sementara itu, teman-teman sepermainannya melaporkan kejadian tersebut kepada Halimah seraya berkata: “Muhammad dibunuh…Muhammad dibunuh. ”Maka mereka bergegas menghampiri tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semula, disana mereka mendapatkan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan pucat pasi.
Setelah kejadian tersebut, Halimah sangat khawatir terhadap keselamatan Muhammad kecil shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya tak lama setelah itu, dia memutuskan untuk memulangkannya kepada ibunya di kota Mekkah. Maka berangkatlah Halimah ke Mekkah dan dengan berat hati dikembalikannya rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibunya.
Bersambung…
Sumber: Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, judul asli Arahiqul makhtum Syekh Syafiyurrahman Mubarakfury, di terjemahkan Abu haidir, Kantor dakwah dan bimbingan bagi pendatang Al-Sulay, Riyadz, KSA.

Jumat, 03 Maret 2017

SEJARAH RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM


(BAGIAN 1)

KEHIDUPAN BANGSA ARAB SEBELUM KELAHIRAN  RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM.

1.      Kehidupan Agama
Pada awalnya, mayoritas Bangsa Arab mengikuti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yaitu ajaran tauhid untuk beribadah hanya kepada Allah Ta’ala.

Setelah berlalunya waktu yang panjang, mereka melalaikan hal tersebut, walaupun ada sisa-sisa peninggalan ajaran tauhid Nabi Ibrahin ‘alaihissalam.
Hingga suatu saat di Mekah tersebutlah seorang yang bernama Amr bin Luhay dari suku Khuza’ah yang sangat dihormati dan dimuliakan kaumnya karena kedermawanan dan prilakunya yang baik. Suatu ketika, ia pergi ke Syam dan di sana melihat masyarakatnya menyembah berhala sebagai bentuk ibadah. Ia menyimpulkan bahwa itu adalah perbuatan baik. Sekembalinya dari Syam, Amr pun membawa berhala yang bernama Hubal dan meletakkannya di ka’bah. Lalu dia mengajak kaumnya untuk melakukan apa yang dilakukan penduduk Syam.
Karena pengaruh kedudukannya, tak lama penduduk Mekah pun menjadi penyembahan berhala dan menjadi agama baru bagi mereka. Ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke wilayah Hijaz (Mekah dan sekitarnya) hingga menyebar luas meliputi Jazirah Arabi. Bahkan, di sekitar Ka’bah ada ratusan berhala yang disembah. Dari sanalah mulai lagi bermunculan berbagai  bentuk kesyirikan, bid’ah, dan khurafat di masyarakat Arab.
2.      Kehidupan Sosial
Struktur kehidupan sosial masyarakat Arab berkelas dan bersuku-suku. Adanya pemandangan yang sangat kontras antara kaum bangsawan dengan segala kemewahan dan kehormatannya dengan rakyat jelata dengan segala kekurangan dan kehinaan yang tak terperi.
Kehidupan antar suku pun penuh dengan persaingan yang sering mengakibatkan pertikaian dengan bumbu fanatisme kesukuan yang kental. Setiap anggota suku pasti membela orang yang satu suku dengannnya, tak peduli perbuatannya benar atau salah, sehingga terkenal ucapan di antara mereka,
أنصر أخاك ظالما أومظلوما
“Bantulah saudaramu, baik dia berbuat zalim atau dizalimi.”
Perlakuan terhadap wanita juga tak kalah zalimnya. Laki-laki dapat melakukan poligami tanpa batas, bahkan dapat menikahi dua bersaudara sekaligus. Demikian pula mereka dapat dapat menceraikannya sesuka. Sementara itu perzinahan merupakan masalah biasa. Bahkan ada suami yang memerintahkan istrinya tidur dengan laki-laki lain semata-mata ingin mendapatkan keturunan mulia dari lakilaki tersebut. Kelahiran anak perempuan menjadi aib yang berat mereka tanggung, bahkan dikenal di sebagian mereka istilah wa’dul banat (mengubur anak wanita hidup-hidup).
Perjudian dan minuman keras juga merupakan hal yang sangat lumrah dilakukan di tengah masyarakat, bahkan menjadi sumber prestise tersendiri.
Kesimpulannya, kondisi sosial mereka sangatlah parah, sehingga kehidupan berlangsung tanpa aturan layaknya binatanag.
3.      Kondisi Ekonomi
Masyarakat Arab adalah masyarakat pedagang. Sebagian kecil penduduk pinggiran negeri, hidup secara bertani dan memelihara hewan ternak. Mereka belum mengenal dunia perindustrian. Hasil-hasil produksi biasanya mereka dapatkan dari Yaman atau Syam (Syam pada masa sekarang meliputi Palestina, Lebanon, Yordan, dan Suria).
Kemiskinan cukup mewarnai kehidupan masyarakat, meskipun ada sejumlah pedagang besar dan bangsawan.
4.      Akhlak terpuji
Betapapun demikian, bangsa Arab masih memiliki beberapa akhlak yang sangat terpuji, walau kadang ditampilkan dengan cara yang salah. Diantaranya adalah kedermawanan, memenuhi janji, menjaga kemuliaan jiwa dan pantang dihina, pemberani, lemah lembut suka menolong dan sederhana.
Bersambung…
Sumber: Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, judul asli Arahiqul makhtum Syekh Syafiyurrahman Mubarakfury, di terjemahkan Abu haidir, Kantor dakwah dan bimbingan bagi pendatang Al-Sulay, Riyadz, KSA.

kisah Abu Ayyub Pinjamkan Rumah Pada Rasulullah


Seperti yang sudah kita ketahui, kebencian kaum Quraish terhadap Nabi Muhammad SAW dan kegiatannya dalam menyebarkan Islam memaksa Rasulullah untuk hijrah dari Makkah ke sebelah utara Saudi Arabia, Madinah. Dalam hijrahnya, Rasulullah memerlukan waktu cukup lama di perjalanan sembari menunggu Masjid Nabawi dibangun.

Sepanjang perjalanan menuju Madinah, Rasulullah singgah di beberapa tempat. Salah satunya adalah rumah dari sahabat Nabi yang bernama Abu Ayyub Al Anshari.

Abu Ayyub Al Anshari bernama asli Khalid Ibn Zayd Kulayb merupakan pemuda asal Madinah yang namanya dikenal sebagai salah satu pahlawan pembebas Konstantinopel (Turki). Abu Ayyub meninggal dalam keadaan syahid dan dimakamkan di Konstantinopel, Turki.

Selama hidupnya, Abu Ayyub selalu setia berdiri di barisan depan prajurit Rasulullah. Rumahnya sempat menjadi tempat tinggal Rasul selama beberapa bulan dalam hijrahnya ke Madinah. Dalam buku 'Sejarah Islam' dan 'Ketika Bulan Terbelah' diceritakan jika bukanlah hal sepele bagi sahabat memberikan pinjaman tempat tinggal pada Rasul.

Rumah Abu Ayyub kala itu bertingkat dua. Ketika Rasulullah menetapkan untuk berdiam di kediaman Abu Ayyub, dia menawarkan Rasul untuk menghuni lantai teratas rumah dan biarlah dirinya bersama istri yang mendiami lantai paling bawah.

Namun, dengan bijak Rasulullah tidak mengindahkan permintaan Abu Ayyub. Rasulullah berpikir, akan banyak sekali orang dan sahabat yang nantinya bertemu dengan Rasul dan Rasul khawatir jika nantinya hal itu akan menganggu kenyamanan Abu serta istri di rumah sendiri. Maka, Rasulullahpun menghuni lantai bawah rumah dan sebaliknya sahabat Rasul tersebut menghuni lantai atas rumah.

Setiap hari, Abu Ayyub dan istri akan mengantarkan makanan untuk Rasulullah sebanyak dua kali. Makanan yang tak termakan oleh Rasulullah nantinya dibagi oleh Abu Ayyub dan istri. Mereka juga sering melihat-lihat bekas tangan Rasul di makanan tersebut lalu menyentuhnya berharap mereka juga akan mendapatkan berkah dan rahmat Allah SWT.

Tetapi ada satu hal yang mengganggu hati dan pikiran Abu Ayyub, hingga suatu malam Ayyub dan istri tidak bisa tidur dan harus melewati malam duduk di sudut ruangan. Keesokan paginya, Ayyub turun menghampiri Rasulullah dan berkata ”Wahai Nabi utusan Allah, kami tidak bisa tidur di malam hari dan melewati malam duduk di sudut ruangan dengan hati gelisah.”

Rasulullah bertanya apa sebabnya. Ayyub menjawab, ”Kami merasa sudah melakukan hal tidak hormat kepadamu sampai tadi malam kegelisahan tersebut memuncak.”

Ayyub melanjutkan, ”Wahai Nabi utusan Allah, dapatkah sekiranya engkau bertukar tempat dengan kami. Kami adalah budakmu dan selamanya harus berada di bawah kakimu.”

Seketika Rasulullah mengindahkan keinginan Ayyub dan istri dan menghabiskan malam-malam ke depannya di lantai atas kediaman Abu Ayyub al Anshari.